Pagi ini, Kerinci
berselimut tebal awan hitam. Membuat siapapun masih setia untuk
bermalas-malasan. Namun, karena ini adalah hari terakhir saya di Kerinci. Jadi
tidak ada waktu untuk berleha-leha. Rugi rasanya jika di Kerinci namun belum
menikmati semua keindahan alamnya. Dan tujuan saya di hari terakhir ini adalah
Aroma Pecco, sebuah tempat rekreasi alam di Kayu Aro. Jika Kayu Aro dengan
hamparan tehnya adalah dunia, maka Aroma Pecco yang berada ditengah-tengah nya
bisa diibaratkan surga di dunia. Bak oase ditengah permadani hijau yang
ditumbuhi pohon tinggi menjulang membentuk sebuah barisan yang tertata rapi.
Habitat bagi burung-burung yang hendak singgah diantara kebun teh.
Saya terkesima, dan tak percuma menembus hujan yang
teramat dingin pagi ini. Perlahan ketika memasuki daerah Kayu Aro, awan-awan
hitam berarak mesra, sang surya perlahan merangkak menuju singgasana. Hamparan
hijau pucuk teh yang masih lembab tertimpa hujan perlahan mulai berubah
sejengkal demi sejengkal. Udara khas pegunungan ini sudah mulai terasa ketika
menginjakan kaki di belokan pertama memasuki daerah Kayu Aro.
Daun-daun teh yang
menggulung itu berpadu membentuk sebuah kesatuan lanskap hijau berkontur
membentang luas. Hamparan teh terluas di dunia ini kini menjadi salah satu aset
negara dibawah PT PN V Bedeng 8 yang dahulu dirintis oleh pihak Belanda. Pabrik
pengolahan teh dan perumahan karyawan juga terdapat di area perkebunan ini.
Sementara rumah-rumah milik warga terdapat di desa-desa yang menyatu dalam
perkebunan teh. Teh atau Camellia sinensis adalah
tanaman dataran tinggi yang pertama kali dipopulerkan sejak ribuan tahun yang
lalu oleh bangsa China. Dan Kerinci yang merupakan daerah dataran tinggi
merupakan tempat yang pas untuk tumbuhnya tanaman teh.
Sebelum ke Aroma Pecco saya berbelok menuju Desa Bento
yang terletak disebelah kanan jalan raya. Tujuannya adalah untuk melihat
kehidupan masyarakat desa yang rata-rata bekerja sebagai petani. Tanah yang
sangat subur bisa ditanami apa saja. Selain kebun teh, juga terdapat tanaman
lain seperti kol, wortel dan sebagainya. Dan prediksi saya, hanya orang malas
lah yang tidak akan sukses di tempat seperti ini. Kehidupan di desa terasa
sangat lambat. Pada pagi hari seperti ini, desa teramat sepi. Warga semuanya
sedang berada di kebun masin-masing untuk bekerja, yang terlihat ramai hanya di
SD dimana anak-anak sedang terlihat begitu riang berlari kesana kemari. Masa
kecil yang sangat indah, ditengah padang teh yang sangat luas.Terus melaju
mengikuti jalan raya, semakin lama pemandangan hamparan kebun teh yang luas
semakin terlihat. Berada di tempat tertinggi Desa Bento terdapat beberapa pohon
menjulang seolah menjadi pembatas. Menikmati segarnya udara pagi yang masih
asri.
Setelah
puas menikmati pemandangan dari Desa Bento, saya melanjutkan ke Aroma Pecco
tujuan utama saya. Dari Desa Bento dibutuhkan waktu kira-kira hanya 5 menit
untuk sampai di gerbang yang terletak di pinggir jalan raya. Gerbang yang
terbuat dari kayu ini sering juga menjadi tempat berhenti pengendara yang ingin
istirahat setelah melakukan perjalanan. Sebelahnnya terdapat sebuah bangunan
yang sudah tidak terawat lagi yang dahulunya digunakan sebagai tempat
pengambilan karcis atau pos penjagaan. Kondisinya yang rusak diperparah dengan
banyaknya tindakan vandalisme yang mencoret-coret dinding bangunan. Dari
gerbang masuk perjalanan dilanjutkan melewati hamparan kebun teh dengan jalanan
yang masih berdebu karena belum teraspal. Sesampainya di ujung jalan, berbelok
ke arah kanan sehingga akan menjumpai plang nama selamat datang di taman wisata
Aroma Pecco.
Sesampainya di taman wisata ini, ada dua orang
bapak-bapak yang sedang membersihkan halaman dan juga betugas sebagai penjaga.
Untuk masuk ke area ini hanya dikenai tiket sebesar Rp 3000 sekaligus sebagai
biaya parkir. Di tempat parkir terdapat sebuah bangunan mirip seperti atap
rumah tradisional jambi namun dengan ukuran lebih kecil. Suasana pagi di
Aroma Pecco cukup lengang dan sepi
sehingga saya bisa bebas mengeksplor area ini.
di area ini terdapat sebuah danau dengan dek diatasnya sebagai objek
utama. Dahulu danau ini sering juga dijadikan sebagai tempat berperahu. Namun
saat ini saya tidak menyaksikan adanya perahu di samping nya. Menurut bapak penjaga taman wisata ini, biasanya
Aroma Pecco akan ramai jika musim libur atau setelah Idul Fitri dan biasanya
fasilitas akan banyak ditambah. Danau di tengah kebun teh ini ibarat surga bagi
para pejalan untuk singgah melepas kepenatan. Walau ukurannya tidak terlalu
besar namun cukup memukau mata. Sebuah dek yang terdapat diatasnya kondisinya
kurang terlalu bagus, beberapa bagian papan penyangga terlihat sudah mulai
lapuk dan bolong.
Kondisi topografi Aroma Pecco yang beragam dimanfaatkan
sebagai tempat bersantai dengan sebuah bangku yang terbuat dari semen.
Dibeberapa bagian lain, terdapat bangunan yang digunakan sebagai warung. Namun
sayangnya saat ini sedang ditutup karena bukan musim liburan. Disekeliling
danau terdapat sebuah jalan kecil yang mengitari nya dari ujung ke ujung dengan
bunga-bunga disebelahnya. Ke Kayu Aro, rasanya tidak akan lengkap jika belum
menggunjungi taman wisata Aroma Pecco ini. Sebuah surga tersembunyi di hamparan
permadani hijau kebun teh.